Siang itu cuaca begitu terik. Keringat bercucuran membasahi kening dan badan Pak Ibrahim. Dengan tangannya yang sudah mulai keriput, lelaki tua itu tetap gigih merawat tanaman di kebunnya. Perlahan namun konsisten, dicabutnya rumput liar di sekeliling tanaman miliknya.
Kebun Pak Ibrahim tidaklah seberapa luas. Dimana hasil dari kebun itu hanya cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Tetapi meskipun begitu, kenyataan hidupnya tak mampu memadamkan sisi kemanusiaan dalam dirinya.
Bermanfaat Meski Berat
Sinar mentari masih menyelimuti kebun Pak Ibrahim. Hanya dengan Kedabang, beliau menutup kepalanya dari sengatan sinar sang mentari. Tangannya tetap sibuk mengelola kebun. Dari menyiram, mencabut rumput liar hingga mengolah tanah agar tetap subur.
Sesekali beliau melihat sekeliling. Matanya yang mulai sayu memang sudah tak mampu melihat objek yang jauh. Namun dengan mengedarkan pandangan ke sekeliling, setidaknya dapat mengikis sedikit penat yang dirasakannya.
Saat itulah tiba-tiba pandangannya terhenti pada sebuah objek. Pemandangan yang tak biasa dilihatnya. Sebab memang kebunnya jauh dari keramaian manusia.
Dalam pandangannya itu terlihat seorang pemuda yang tengah duduk di bawah pohon pematang sawah. Karena penasaran, Pak Ibrahim lantas bersegera mendekatinya untuk memastikan apa yang sedang terjadi pada pemuda itu.
Dari pakaian yang dikenakan memang pemuda itu bukanlah anak desanya. Dan dari penampilannya, pemuda itu bukanlah dari golongan orang tak berpunya seperti dirinya.
Setelah melontarkan beberapa pertanyaan, akhirnya Pak Ibrahim mendapatkan jawaban. Ternyata pemuda yang ditemuinya memang sedang tersesat. Dirinya tertinggal dari rombongan teman-temannya yang sedang melakukan petualangan. Karena tak ada jaringan internet di tempat itu, maka tersesatlah dirinya.
Pemuda itu mengaku telah dua hari tidak makan. Hanya memakan makanan ringan dan meminum sedikit air dari perbekalannya. Maka tidak mengeherankan jika dirinya terlihat lemas dan lelah.
Dalam diri Pak Ibrahim ingin membantu. Namun apa daya di rumahnya tidak ada makanan yang bisa diberikan. Makanan yan dimilikinya telah habis untuk sarapan pagi tadi bersama keluarganya.
Sembari mengajak pemuda itu berjalan ke rumah, Pak Ibrahim berpikir keras. Berusaha mencari solusi agak pemuda itu segera bisa mendapat asupan makanan. Dan belum sampai duduk di teras rumah, Pak Ibrahim teringat sesuatu.
Beliau ingat di kebunnya ada beberapa tanaman buah yang sudah berbuah. Dengan segera Pak Ibrahim mengambilkan buah sambil menyuruh pemuda itu untuk duduk di teras rumahnya. Dan sesaat kemudian beliau sudah kembali dengan berbagai buah-buahan sebab memang kebunnya hanya ada di samping rumah.
Akhirnya dengan kepedulian dari Pak Ibrahim pemuda tadi bisa mendapatkan asupan makanan. Meskipun berat dengan keadaannya, beliau tetap berusaha untuk bermanfaat. Begitulah sepatutnya sebagai seorang muslim.
Dalam sebuah hadits disebutkan,
“Sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi sesama manusia”. (HR Ahmad)

Manisnya Kebaikan
Beberapa bulan telah berlalu. Pak Ibrahim samar-samar sudah mulai lupa dengan kisah pertemuannya dengan pemuda yang tersesat. Sebab setelah diantarkan ke Pak Lurah, sang pemuda memang langsung bisa kembali kepada keluarganya dengan selamat.
Dan kini Pak Ibrahim masih tetap menjalani aktivitas rutinnya. Beliau tetap mengelola kebun dan merawat berbagai tamanan. Baik itu bermacam sayur-sayuran, ataupun juga bermacam buah-buahan.
Tetapi keadaan yang tengah dialaminya kali ini berbeda. Dimana daerahnya sedang sulit air. Hujan yang tidak kunjung turun membuat daerahnya kekeringan. Tanaman yang dimilikinya pun sulit berkembang disebabkan kurang mendapatkan air.
Beliau begitu berharap akan adanya air. Sebab jika tak kunjung ada air, jangankan untuk tanaman, untuk minum pun bisa jadi ikut sulit. Sambil duduk di tepian kebun, beliau berharap sambil berdoa. Wajahnya dihadapkan ke langit dan tangannya menengadah.
Seakan langsung didengar dan dikabulkan oleh Allah. Tiba-tiba telinganya mendengar akan adanya sebuah keramaian. Ternyata tetangganya sedang mengantri untuk mendapatkan air bersih.
Informasi desanya yang tengah dilanda kekurangan air sudah menyebar hingga ke daerah luar. Dan hari itu sedang ada bantuan air bersih. Warga berbondong-bondong mengantri dengan suka cita.
Pak Ibarahim pun sudah akan ikut untuk mengantri. Namun sesaat sebelum beliau keluar rumah, di depan rumahnya sudah terparkir mobil bermuatan air. Setelah sopir turun, Pak Ibrahim tidak menduga, sebab yang menemani sang sopir adalah pemuda yang ditolongnya waktu itu.
Pemuda yang ditolongnya waktu itu ternyata memang anak orang kaya dan pribadi terbina. Sebab pada hari ini dirinya tahu balas budi dengan membalas kebaikan Pak Ibrahim. Dia mengantarkan air bersih untuk orang yang telah menolongnya dahulu. Dan ke depan, air bersih akan terus diantarkan ke rumah Pak Ibrahim hingga hujan turun kembali.
Begitulah kebaikan. Setiap kebaikan yang dilakukan sejatinya akan kembali kepada pelakunya. Meski terkadang kembalinya kebaikan kepada pelakunya tidak langsung terjadi.
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman dalam Surat Ar Rahman ayat 60,
“Tidak ada balasan untuk kebaikan melainkan kebaikan (pula)”.
Dari kisah Pak Ibrahim inilah sebaiknya kita terus melakukan kebaikan. Baik dalam keadaan lapang atau sempit, kebaikan yang dilakukan pada akhirnya akan mendatangkan kebaikan.
“Jika kita melakukan hal positif, maka dampaknya juga akan positif”. (Ananda Kia Azzahra)

Lomba Menulis Cerita Islami SDIT Insan Utama Malinau
Penulis : Kia Azzahra
Kelas : 6B
Juara : 1
Editor : Adnan AY
Kegiatan Semarak Ramadhan 1445 H
Penulisan sudah bagus alur cerita menarik.lebih ditingkatkan lagi ya ananda kia