Sudah tak muda lagi. Meski sang ayah pensiunan polisi dan sang sang ibu dulunya dokter, waktu telah mengikis kekuatan mereka. Hari-hari mereka jalani hanya berdua. Sebab anak-anak telah tumbuh dewasa dan memiliki kesibukan masing-masing.

Dalam keluarga itu mereka dikarunia tiga orang anak. Anak terakhir masih duduk di bangku pesantren. Anak kedua menjadi seorang tentara dan anak pertama menjadi manajer perusahaan di kota itu. Kesibukan membuat anak-anak mereka jarang pulang untuk berkunjung.

Antara Kesibukan dan Orang Tua

Karunia yang luar biasa melihat anak-anak menjadi orang sukses. Namun meskipun demikian, kenyataannya sekarang sang ibu sudah sakit-sakitan. Karena faktor usia, seringkali sang ibu menderita sakit yang mengharuskan untuk dibawa ke rumah sakit.

Sama dengan yang terjadi saat ini. Penyakit asma sang ibu kambuh. Nafasnya tersengal-sengal dan menimbulkan suara. Membuat iba siapapun yang melihatnya. Sang ibu membutuhkan bantuan pihak medis untuk bisa bernafas.

Dalam keadaan seperti ini, sang ayah kebingungan. Sebab raganya tak muda lagi. Untuk membawa sang ibu ke rumah sakit, dirinya memerlukan bantuan. Maka sang ayah menelepon anak pertama agar pulang dan bersegera mengantar ibu ke rumah sakit.

Namun tanpa diduga jawaban sang anak sungguh membuat ayah kecewa. Sang anak lebih mengutamakan rapat dibanding mengantar ibunya. Dan berkata kepada sang ayah dengan nada yang seakan membentak. Padahal dalam Agama Islam, berkata kasar kepada orang tua tidak diperbolehkan.

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman dalam Surat Al Isra ayat 23 yang artinya,

Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berusia lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sesekali janganlah engkau mengatakan kepada keduanya perkataan “ah” dan janganlah engkau membentak keduanya serta ucapkanlah kepada keduanya dengan perkataan yang baik”.

Akhirnya sang ayah pun mengurungkan niatnya. Dan beliau akhirnya meminta bantuan kepada tetangga untuk mengantar sang ibu ke rumah sakit.   

     

Berbakti yang Lebih Utama

Setelah mendapatkan perawatan dari pihak medis, ternyata keadaan sang ibu tidak juga kunjung membaik. Bahkan sang ibu harus rawat inap untuk beberapa hari.

Sang ayah pun mengabari anak-anaknya agar menjenguk sang ibu. Namun beberapa hari berlalu, sang anak juga tak kunjung datang kecuali yang masih sekolah di pesantren. Meskipun harus rela tertinggal pelajaran, sang anak tetap ingin menjenguk ibunya.

Dan Allah ternyata telah menuliskan takdir sang ibu. Karena penyakit asmanya, sang ibu akhirnya meninggal dunia. Kerugian yang luar biasa sebab kedua anak yang telah bekerja tidak sempat menjenguknya.

Dan ketika mereka pulang, hanya tangis yang bisa mereka lakukan. Tangisan kekecewaan dan tangisan kesedihan. Seakan mereka menjadi orang yang paling durhaka kepada ibunya. Sebab memang bagi anak laki-laki, sang ibu adalah yang paling utama saat masih hidup di dunia. Memperhatikan sang ibu merupakan perwujudan kesholehan sang anak.

Dalam sebuah riwayat dijelaskan,

Sesungguhnya Allah berwasiat tiga kali kepada kalian untuk berbuat baik kepada ibu kalian. Sesungguhnya Allah berwasiat kepada kalian untuk berbuat baik kepada ayah kalian. Dan sesungguhnya Allah berwasiat kepada kalian untuk berbuat baik kepada kerabat yang paling dekat kemudian yang dekat”. (HR Ibnu Majah)

berbakti-kepada-orang-tua
Naskah asli tulisan Ananda Eshan, Sumber : doc pribadi

Lomba Menulis Cerita Islami SDIT Insan Utama Malinau

Penulis : Muhammad Eshan
Kelas : 4B
Juara     : 2
Editor    : Adnan AY

Kegiatan Semarak Ramadhan 1445 H